Adu Janji Tuntaskan Krisis Air Bersih di Badung Selatan Dalam Setahun

1 week ago 1
ARTICLE AD BOX
Menariknya, mereka berjanji menuntaskan permasalahan air yang sudah terjadi puluhan tahun tersebut, hanya dalam waktu setahun pertama menjabat.

Untuk diketahui, tema utama dari debat publik pertama ini adalah ‘Menuju Pemerataan dan Keserasian Pembangunan, Pariwisata, Seni Adat dan Budaya, serta Lingkungan di Kabupaten Badung’. Debat dipandu oleh moderator yang telah ditunjuk, yakni Dr Made Dwi Setyadi Mustika SE MSi dan Putu Dessy Fridayanthi ST MIKom dan melibatkan sebanyak lima panelis yang merupakan akademisi dari lima perguruan tinggi di Bali. Mereka adalah Prof Dr Ni Luh Made Mahendrawati SH MHum (Guru Besar Universitas Warmadewa) sebagai Ketua Tim Panelis, Prof Dr Desak Made Suarti Laksmi SSkar MA (Guru Besar ISI Denpasar), Dr Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya SP MAgr (Wakil Rektor III Universitas Udayana), Dr Nyoman Diah Utari Dewi APar MAP (Direktur Pascasarjana Universitas Ngurah Rai), dan Dr I Wayan Sukma Winarya Prabawa MPar MPro (Direktur II Politeknik Pariwisata Bali).

Dalam segmen tanya jawab antarpaslon, krisis air bersih di Badung Selatan menjadi isu yang dilontarkan oleh paslon Adicipta. 

“Tantangan ke depan dalam menjaga keberlangsungan pariwisata di Badung adalah masalah air di Badung Selatan. Langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk masyarakat di Badung Selatan, termasuk di kampung kami di Pecatu,” ujar Cabup Adi Arnawa.

Menanggapi isu tersebut, paslon Suyadinata dengan tegas mengatakan akan menyelesaikan permasalahan air bersih di Badung Selatan dalam satu tahun pertama menjabat jika terpilih memimpin Gumi Keris. Cabup Suyasa mengatakan, persoalan air bukan lagi kepentingan, namun sudah menjadi kebutuhan, sehingga menjadi urusan wajib yang harus dituntaskan dalam waktu sesingkat-singkatnya. “Masalah air minum akan diselesaikan di awal kepemimpinan kami, dan kami pastikan selesai,” tegasnya.

Versi Suyadinata, penyelesaian krisis air di Badung Selatan dilakukan dengan dana penyertaan yang dibutuhkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mangutama. Artinya, Suyadinata memberikan kepercayaan penuh kepada perusahaan plat merah tersebut untuk menuntaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam menjawab permasalahan air tersebut. Menurut Suyasa, butuh anggaran sekitar Rp 350 – Rp 400 miliar untuk menuntaskan permasalahan air yang sudah cukup lama dialami masyarakat di Badung Selatan. “Sebesar apapun budgetnya, maksimal Rp 350 – Rp400 miliar untuk air itu selesai, dan harapan masyarakat terpenuhi, kami siap. Air itu bukan kepentingan tapi kebutuhan,” kata Suyasa.

Pernyataan itu pun mendapat tanggapan dari paslon Adicipta. Menurut Cabup Adi Arnawa, Adicipta juga menargetkan permasalahan air di Badung Selatan bisa tuntas tahun 2025. Namun, Adicipta memilih jalan keluar yang berbeda, yakni melalui kerjasama business to business (B2B) dengan swasta, sehingga tidak membebani APBD. “Kita harus mulai mengubah mindset kita. Kita membangun tidak perlu membebani APBD. Kita bisa memanfaatkan B2B dengan pihak ketiga. Kita kerja sama dengan PDAM selaku BUMD dengan pihak ketiga yang mau bekerja sama dengan kita. Karena dengan demikian, jauh akan cepat akselesarinya dalam rangka mengatasi permasalahan air di Badung Selatan,” ucapnya.

Mantan Sekda Badung itu melanjutkan, dengan melibatkan swasta tentunya memiliki SDM yang kuat. SDM juga menjadi kunci bagaimana penyelesaian masalah air ini segera tuntas dalam waktu cepat. “Ini (SDM) juga kita butuhkan, apalagi saya yakin pihak swasta itu tentunya memiliki kompetensi yang hebat dalam rangka mengatasi persoalan air ke depan. Kami pastikan akan tuntas 2025 dengan cara skema B2B tanpa membebani APBD. Apalagi Badung Selatan merupakan pusat akomodasi pariwisata kita,” katanya.

Menanggapi pernyataan Adicipta, paslon Suyadinata kurang setuju dengan istilah membebani APBD. Menurut Suyasa, anggaran dalam APBD adalah uang rakyat dan sudah semestinya digunakan untuk kepentingan rakyat. Di sisi lain, penyelesaian masalah air juga menjadi cermin kemandirian Perumda Air Minum Tirta Mangutama dalam meningkatkan profesionalismenya menangani masalah air.

“Boleh bekerja sama dengan swasta, tapi kami tidak setuju dengan kata membebani APBD. Jika APBD itu sudah ada bahkan besar, kami akan gunakan skala prioritas untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat krama Badung. Justru PAD akan kami tingkatkan semaksimal mungkin dengan cara kami, sehingga tidak ada bahasa membebankan kepada APBD. Karena keluar (luar Badung, Red) saja kita bisa berikan, kenapa untuk masyarakat kita, kita tidak bisa,” kata Suyasa.

Selain permasalahan air, para paslon juga menawarkan gagasan-gagasan dalam menjawab tema pemerataan dan keserasian pembangunan, pariwisata, seni adat dan budaya, serta lingkungan. Paslon Suyadinata membeberkan sejumlah program unggulan yang tersusun dalam bingkai visi mewujudkan Badung yang sejahtera, bahagia, dan merata, seperti penyelesaian masalah air di Badung Selatan, bantuan untuk banjar adat dan desa adat sebagai penjaga kelestarian adat, seni, budaya, bantuan untuk subak dalam rangka mendukung pertanian, pembangunan universitas, fasilitas kesehatan, sport center, hingga ribuan lowongan kerja.

Sedangkan paslon Adicipta menawarkan sejumlah program kerja terkait tema seperti penanganan ruas jalan yang mengalami kemacetan baik di Badung Utara maupun Badung Selatan, menangani permasalahan sampah dan air dengan menerapkan teknologi tinggi berskema B2B. Adicipta juga berkomitmen untuk mengembangkan pariwisata Badung Utara dengan membangun pusat-pusat perekonomian berbasis NEWA (nature, eco-tourism, wellness tourism, adventure). 7 ind
Read Entire Article