ARTICLE AD BOX
Grand final menghadirkan 70 finalis dari berbagai provinsi di Indonesia. Kegiatan bergengsi ini memasuki tahun ke-44 sejak dimulai pada 1980 dan konsisten menghadirkan nuansa budaya khas dengan kesempatan kali ini menampilkan busana kebaya Bali yang dimodernisasi.
Ketua Umum YPPMI, Robby Maramis menjelaskan ajang ini bukan sekadar kompetisi modeling tetapi juga upaya pelestarian kebudayaan dan promosi produk lokal. “Kami wajibkan para finalis untuk mengenakan kebaya Bali yang dimodifikasi modern, sebagai bentuk dukungan terhadap produksi lokal Bali dan UMKM busana di daerah ini. Sejak kami pertama kali menggelar Grand Final di Bali pada 2019, kebaya modern telah menjadi bagian penting dari penampilan para finalis untuk memperkenalkan keindahan budaya Bali ke seluruh Nusantara,” ujarnya ditemui di sela-sela acara, Minggu kemarin.
Selain memperkenalkan busana lokal, kehadiran para finalis dari 23 provinsi diharapkan berdampak positif bagi sektor pariwisata. Dalam beberapa bulan sebelum Grand Final, para peserta telah menjalani pelatihan intensif dalam kelas modeling dan kepribadian. Mereka dibekali keterampilan dasar modeling seperti cara berdiri, berjalan, duduk, berbicara, hingga mengelola ekspresi wajah. “Kita fokus pada pembentukan karakter dan kepribadian yang kuat, mental baja, kecerdasan, dan budi pekerti luhur, sehingga mereka tampil sebagai pribadi yang percaya diri dan komunikatif,” kata Robby.
Pada Grand Final Nasional ini menghadirkan kategori lomba berdasarkan usia, yakni kategori cilik, remaja, dan dewasa. Para finalis yang tampil adalah hasil seleksi ketat dari provinsi masing-masing, di mana beberapa provinsi menyelenggarakan seleksi daerah sementara provinsi lain mengirimkan perwakilan langsung.
Tidak hanya fokus pada kemampuan berpose atau berjalan, YPPMI menilai para finalis dari segi kepribadian. "Kepribadian adalah yang utama dalam penilaian kami. Mereka datang dengan berbagai kemampuan dasar, dan kami bantu kembangkan sehingga siap menjadi model profesional. Untuk mencapai tingkat ini, mereka harus benar-benar fokus. Umumnya 4-5 bulan pasti jadi," jelas Robby. Selain itu, Ajang Grand Final Top Model Indonesia juga menjadi salah satu wadah bagi para model untuk menunjukkan portofolio mereka di dunia modeling yang semakin kompetitif.
Menurut Revy, pemilik Revi Model Academy, yang juga terlibat dalam dunia modeling pada ajang ini pada 1986, kompetisi modeling di era sekarang menurutnya sangat berbeda. “Dulu model dan industri sedikit, tetapi sekarang banyak model berbakat yang berlomba-lomba masuk ke agensi, layaknya melamar pekerjaan profesional. Selain teknik, mereka juga perlu membangun karakter, etika, dan mental yang kuat,” katanya.
Salah satu pemenang piala bergilir Presiden RI di Grand Final Nasional Top Model Indonesia 2022, Ni Putu Ayu Angelina Putri Darmayanti,17, juga menyampaikan kesan positifnya dalam dunia modeling terutama sejak dia tergabung dalam ajang ini. “Menjadi modelling sangat-sangat luar biasa, tentu saja dapat menambah temen, dari berbagai daerah yang ada di Indonesia juga. Untuk generasi muda pesan saya teruslah capai cita-cita kalian agar nantinya tidak menyesal di kemudian hari,” ujar wanita asal Badung ini.
Melalui Grand Final Top Model Indonesia ini, YPPMI berharap dapat terus mendukung generasi muda agar tidak hanya berbakat dalam modeling, tetapi juga mencintai dan mengenakan produk lokal. Dengan konsistensi dalam membawa kebaya Bali, ajang ini diharapkan tidak hanya meningkatkan citra produk lokal tetapi juga berkontribusi dalam promosi wisata Bali di mata nasional dan internasional. 7 cr79