ARTICLE AD BOX
Festival akan berlangsung setiap hari hingga 5 Januari 2025, menawarkan berbagai atraksi budaya dan hiburan bagi para pengunjung. Tari kecak yang menjadi salah satu ikon festival tahun ini melibatkan 90 penari, menceritakan legenda terbentuknya Pura Ulun Danu Beratan.
Kisah cerita bermula dari seorang Rsi dan pengikutnya yang tinggal di sebuah lembah subur untuk bercocok tanam. Namun, masyarakat sekitar lupa bersyukur kepada para dewa hingga lembah tersebut tenggelam oleh banjir akibat gelanggang bambu kuning yang ditancapkan oleh seorang petani.
Sebagai solusi, sang Rsi dan pengikutnya membangun sebuah pura di tengah danau untuk mengendalikan aliran air dan sebagai Stana Dewi Danu. Rumpun bambu kuning yang tumbuh dari gelanggang tersebut masih ada hingga sekarang, menjadi simbol keseimbangan alam dan spiritual.
Humas DTW Ulun Danu Beratan I Made Sukarata, menjelaskan kegiatan seni budaya ini akan digelar secara bergantian di The Blooms Garden dan Pura Ulun Danu Beratan. Festival ini menghadirkan pementasan tari kecak sebagai maskot baru dan pertama kali ditampilkan untuk memeriahkan libur Natal dan Tahun Baru kepada para pengunjung.
Sebagai bentuk apresiasi, Manajemen DTW Ulun Danu Beratan memberikan dana pemberdayaan sebesar Rp 20 juta kepada setiap banjar adat yang terlibat dalam festival ini. Dana tersebut dialokasikan untuk mendukung pelestarian seni budaya lokal sekaligus mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam melestarikan tradisi.
Manajemen optimistis festival ini akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan hingga 10 persen dibandingkan periode Natal dan Tahun Baru sebelumnya. Dikatakannya, sejak 18 Desember 2024, rata-rata kunjungan harian di DTW Ulun Danu Beratan telah mencapai 3.000 orang per hari, naik dari sebelumnya yang hanya berkisar 1.300–1.500 orang. Wisatawan asing yang berkunjung ke Ulun Danu didominasi oleh pengunjung asal Asia Selatan, terutama India dan Sri Lanka.
Tak hanya itu, untuk menarik lebih banyak wisatawan, DTW Ulun Danu Beratan juga menghadirkan beberapa fasilitas baru, seperti penyewaan pakaian adat Bali yang banyak diminati wisatawan domestik maupun mancanegara. Sementara di The Blooms Garden, pengunjung dapat menikmati spot baru seperti air terjun Boma dan gapura baru atau diberi nama Gate The Blooms.
“Tentunya nanti kita untuk pementasan tari kecak kita lakukan di depan gate nya untuk di The Blooms Garden. Kalau di Ulun Danu nanti kita akan pentaskan di area Beji DTW Ulun Danu Beratan,” terangnya, saat ditemui di The Blooms Garden di Banjar Batusesa, Candikuning, Baturiti, Tabanan, Selasa (24/12) siang.
Sementara itu, Manajer Operasional The Bloom Garden, Komang Angga Antika, mengungkapkan bahwa pada periode sebelumnya, kunjungan ke taman bunga ini tercatat rata-rata 250 orang per hari, namun saat ini mengalami kenaikan sekitar 50 persen. Sepanjang tahun, The Bloom Garden mencatatkan rata-rata 532 pengunjung per hari dari awal tahun hingga November 2024. Namun, kunjungan tersebut lebih didominasi wisatawan domestik dari pada asing.
Di The Bloom Garden, meski jumlah kunjungan wisatawan asing lebih sedikit, rata-rata 72 orang per hari, namun taman ini terus berkembang dengan menambah fasilitas dan memperluas kawasan.
The Bloom Garden yang awalnya memiliki luas 4,8 hektar kini memperluas kawasan dengan kerjasama konservasi bersama Perhutanan Sosial Bali Selatan. "Kami mendapatkan tambahan lahan seluas 25 hektar yang kini dimanfaatkan untuk kawasan piknik dan fasilitas glamping yang mendukung penginapan villa di area taman," ungkap Komang Angga.
Dalam hal tanaman, The Bloom Garden memiliki 52 jenis bunga yang dipilih dengan cermat setelah melakukan riset dan kerja sama dengan Kebun Raya Eka Bali atau Kebun Raya Bedugul serta beberapa kebun di Bandung. "Awalnya pas baru buka 2019 sampai 2020 kami menggunakan 102 jenis bunga, namun yang cocok hanya 52 jenis. Kebanyakan masih dari Indonesia," jelasnya. Beberapa jenis bunga impor juga ada, seperti kosmos dari Thailand dan Holand leli dari Belanda, yang berhasil tumbuh dengan baik di area tersebut.
Selain itu, taman ini terus memperbarui fasilitasnya untuk menarik lebih banyak pengunjung. "Kami baru saja menyelesaikan pembangunan spot baru, Boma Waterfall, serta area panggung di depan Candi yang digunakan untuk pementasan," tambah Komang Angga. Untuk di Taman Barong dibuat dengan konsep menarik seperti dihiasi akar-akaran serta patung hewan dari tumbuhan yang menghiasi area tersebut juga menjadi daya tarik terbaru.
Untuk diketahui, pergelaran seni budaya ini akan dilakukan di The Blooms Garden pada tanggal 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30 Desember 2024 serta 1, 2, dan 3 Januari 2025, setiap pukul 12.00 Wita. Selain itu, pertunjukan juga akan digelar di DTW Ulun Danu Beratan pada tanggal 26 dan 31 Desember 2024, serta 1, 4, dan 5 Januari 2025, pada pukul yang sama.
Festival Seni Budaya ini menjadi momentum penting untuk mempromosikan keindahan seni dan budaya Bali sekaligus mendukung pengembangan pariwisata lokal. Pihak pengelola berharap acara ini mampu menarik lebih banyak wisatawan dan menjadi salah satu daya tarik utama selama libur Natal dan Tahun Baru.7 cr79